Aktivitas Kehidupan Masyarakat Masa Islam
Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti pembelajaran peserta didik diharapkan mampu :
1. Menjelaskan teori - teori masuknya Islam di Indonesia
2. Mengidentifikasi kerajaan - kerajaan pada masa Islam
3. Menjelaskan proses persebaran Islam di Indoneisa dan pengaruh Islam di Indonesia
4. Mengidentifikasi peninggalan kebudayaan Islam di Indonesia
Uraian Materi
Teori - Teori Masuknya Islam di Indonesia
1. Teori Gujarat
Menurut teori ini, Islam masuk ke Indonesia abad ke XIII dibawa oleh para pedagang Islam dari Gujarat (India). Ada dua bukti pendukung teori Gujarat
a. Ditemukan Batu Nisan Sultan Malik al Saleh bercorak Gujarat Sultan Samudra Pasai yang meninggal pada tahun 1297. Hal ini diyakini para sejarawan sebagai bukti kuat bahwa pengaruh Gujarat telah ada di Aceh.
b. Tulisan Marco Polo seorang pedagang dari Venesia Italia yang menyatakan pernah singgah di Perlak (peureula) pada tahun 1292 dan mendapati penduduk banyak beragama Islam. Marco Polo juga menyebutkan peran dari pedagang - pedagang India yang aktif dalam penyebaran agama Islam.
2. Teori Mekah / Arab
Pengaruh Islam telah masuk ke Indonesia sekitar abad ke VII dibawa langsung oleh para pedagang Arab. Dasar teori ini adalah adanya permukiman Islam tahun 674 di Baros pantai sebelah barat Sumatera. Para pedagang Arab tersebut juga sudah melakukan pernikahan dengan penduduk lokal sehingga agama Islam semakin menyebar di Nusantara. Kedatangan awal bangsa Arab tersebut tidak dipengaruhi oleh faktor ekonomi tetapi lebih kepada motivasi dan dorongan untuk menyebarkan agama Islam. Teori mekah sultan - sultan pasai menggunakan gelar Al Malik, gelar yang dipakai di Mesir saat itu.
Teori ini meyakini Islam yang berkembang di Samudra Pasai menganut mazhab syafi'i, mazhab besar di Mesir dan Mekah pada masa itu, sedangkan daerah Gujarat menganut mazhab Hanafi. Mazhab dalam Islam yaitu pandangan tentang hukum yang berlaku misalnya tata cara solat, hukum memaki cadar dll.
Dalam Islam ada 4 mazhab utama yaitu mazhab hanafi, maliki, safi'i dan hambali.
3. Teori Persia
Islam di Indonesia dibawa masuk oleh orang - orang Persia sekitar abad ke XIII, kalangan ahli sejarah sering menyebut kepulauan Nusantara sebagai bagian dari wilayah operasi dakwah dan wilayah dagang Kerajaan Persia di masa lalu.
Bukti pendukung teori ini adalah:
Adanya upacara tabot (tabuik). Upacara tabot diperingati setiap tanggal 10 muharam di Bengkulu dan Sumatra Barat untuk memperingati wafatnya Hasan Bin Ali dan Husain bin Ali cucu nabi Muhamad. Perayaan ini disebut dengan perayaan Asyura. Perayaan ini juga merupakan ritual tahunan di Persia. Tradisi dan lambang - lambang yang ditampilkan dalam upacara tabot memiliki kesamaan tradisi persia juga dapat kita lihat pada perayaan Maulid Nabi Maudu Lampoa di Cikoang Takalar Sulawesi Selatan.
Kerajaan - Kerajaan Islam di Indonesia
Kerajaan- kerajaan Islam yang ada di Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Samudra Pasai: Garda Terdepan Nusantara
Samudra Pasai merupakan Kerajaan Islam yang berada di ujung utara pulau Sumatra. Sultan pertama dari Kerajaan Samudra Pasai adalah Sultan Malik al-Saleh. Beliau kemudian digantikan oleh puteranya yang bernama Sultan Muhammad yang memerintah 1297-1326. Pengganti dari Sultan Muhammad adalah Sultan Ahmad yang bergelar Malik al-Tahir. Kerajaan Samudra Pasai pada masa pemerintahan Sultan Ahmad mendapat kunjungan dari Ibnu Battuta. Beliau meninggalkan catatan-catatan yang berisi Samudra Pasai mempunyai pelabuhan yang sangat penting di jalur perdagangan Selat Malaka. Istana kesultanan Samudra Pasai disusun dan diatur secara India, beberapa pembesar kerajaan terdapat pula orang- orang Persia. Patihnya mempunyai gelar Amir.
2. Aceh Darussalam: Benteng Tangguh Islam di Nusantara
Masa kejayaan dari Kerajaan Aceh tercapai pada pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607-1636 M). Beliau memiliki kekuatan militer yang kuat dan besar. Beliau berhasil menguasai Sumatra sampai daerah Bengkulu dan Kampar. Sultan Iskandar Muda digantikan oleh menantunya Iskandar Tani. Pada masa beliau kejayaan Aceh terus berlangsung dan bertambah jaya. Pada tahun 1641 M beliau wafat dan tanda-tanda kemunduran Aceh terjadi. Persilisihan antara kalangan keluarga kerajaan menyebabkan kelemahan yang menjadikan sebagian kekuasaan Aceh runtuh. Sebab lain dari keruntuhan Aceh adalah adanya orang Belanda yang berhasil merebut Malaka pada 1641 M kemudian menguasai perairan di Indonesia dan berusaha menjatuhkan kerajaan Aceh yang masih kuat pengaruhnya di kalangan rakyat. Usaha Belanda untuk meruntuhkan Aceh adalah dengan mengadu domba dan menghasut daerah kekuasaan Aceh yang kemudian berhasil melepaskan diri dari kekuasaan Aceh.
3. Demak : Tunas Supremasi Kejayaan Nusantara
Raden Patah yang memeluk agama Islam memutuskan hubungan dengan Majapahit dan mendirikan kerajaan Demak. Jepara, Tuban, Gresik membantu Demak untuk berdiri menjadi kerajaan. Pati Unus yang menjabat di Jepara sangat rajin membantu ayahnya, Raden Patah, untuk meluaskan kekuasaan Demak. Pati Unus memberanikan diri memimpin pasukan untuk menaklukan Portugis di Malaka, tetapi usahanya gagal. Pati Unus menggantikan ayahnya selama 3 tahun. Beliau kemudian wafat. Beliau terkenal dengan nama lain yaitu Pangeran Sabrang Lor. Penggantinya adalah Pangeran Trenggono yang memerintah pada tahun 1564. Sultan Trenggono menghindarkan Demak dari ancaman Portugis untuk menguasai daerah pesisir Jawa. Fatahillah yang melarikan diri dari Pase diterima Sultan Trenggono. Fatahillah dinikahkan dengan adiknya. Fatahillah menjadi kunci Demak dalam menghalau dan mengalahkan Portugis di pesisir Pulau Jawa . Beliau berhasil mengalahkan Portugis di Sunda Kelapa yang kemudian diganti namanya menjadi Jayakarta. Selain itu beliau juga menaklukan Banten dan Cirebon yang dikuasai oleh kerajaan Pajajaran. Sultan Trenggono wafat ketika melakukan usaha penaklukan Pasuruan. Wafatnya Sultan Trenggono menimbulkan konlikperebutan kekuasaan antara adik Sultan Trenggono dan anak Sultan Trenggono. Pangeran Sekar Seda ing Lepen, adik Sultan Trenggono, terbunuh. Pangeran Prawoto yang berkuasa kemudian mendapatkan usaha perlawanan Arya Penangsang, anak dari Pangeran Sekar Seda ing Lepen, yang melakukan balas dendam kepada Pangeran Prawoto.
4. Banten: Garda Pulau Jawa
Banten dikuasai oleh Fatahillah atas nama Sultan Demak. Seluruh pantai utara sampai dengan Cirebon merupakan daerah yang dikuasai dengan tujuan digunakan untuk kepentingan perdagangan dan memperkuat kedudukan Banten. Sunda Kelapa diganti nama menjadi Jayakarta. Fatahillah menduduki pemerintahan daerah Banten. Sedangkan daerah Cirebon diserahkan kepada putranya pangeran Pasarean. Setelah Pangeran Pasarean wafat, Fathahilah memegang kendali atas pemerintahan Cirebon dan pemerintahan Banten diserahkan kepada putranya Hasanudin. Banten mencapai puncak kejayaan pada masa Sultan Ageng Tirtayasa pada tahun 1651-1682 M. Beliau menjadi Sultan yang tegas. Sekitar tahun 1600 M Banten mengalami jaman kejayaan. Banten adalah pusat perdagangan lada yang dihasilkan di Banten dan Lampung, cengkeh serta pala dari Maluku. Banten semakin mengalami kemuduran karena terdapat tekanan dari Belanda di Batavia.
5. Makassar: Simbol Kegigihan Nusantara Melawan Supremasi Asing
Daerah Makassar memasuki era peradaban Islam pada awal abad ke-17. Dua penguasa dari kerajaan kembar Goa-Tallo menjadi pemeluk agama Islam pada tahun 1605. Raja Tallo Karaeng Matoaya merangkap sebagai Mangkubumi Kerajaan Goa. Raja Tallo mengambil gelar Sultan Abdullah dengan julukan sebagai Awalul Islam dan raja Goa Daeng Manrabia memiliki gelar Sultan Alaudin. Dwitunggal Alaudin dan Abdullah sangat giat dalam mengislamkan rakyatnya. Kedua Sultan tersebut juga memperluas kerajaan dan menjadikannya kerajaan Islam pertama yang ada di Sulawesi. Penggantinya adalah Sultan Muhammad Said, beliau tidak segan untuk mengirimkan armada Goa ke Maluku dalam perlawanan rakyat melawan penjajah yang bertindak sewenang-wenang. Perlawanan terhadap Belanda yang sengit terjadi pada era Sultan Hasanudin. Beliau memegang pemerintahan Kerajaan Goa dari tahun 1653- 1669 dan Belanda memalingkan perhatiannya ke Makassar. Aru Palaka, bangsawan Soppeng–Bone, dalam tahun 1660 berusaha membebaskan daerah dari pengaruh kekuasaan Goa. Aru Palaka berhasil melepaskan Bone yang mendapat bantuan dari Belanda.
6. Mataram: Pewaris Supremasi Nusantara dari Jawa Bagian Selatan
Sutawijaya yang bergelar Panembahan Senapati mengangkat dirinya sendiri menjadi Sultan Mataram. Beliau menunjukan kekuatan Mataram dengan menyerang Surabaya pada tahun 1586. Sebagian wilayah di Pulau Jawa bagian tengah dan timur berhasil ditaklukkan oleh Mataram. Berikutnya beliau memindahkan perhatian ke Pulau Jawa bagian barat. Pada tahun 1595 M Cirebon dan Galuh dapat dikuasai. Penembahan Senapati wafat pada tahun 1601 dan dimakamkan di Kotagede. Penggantinya adalah Mas Jolang atau Panembahan Seda ing Krapyak. Mas Jolang sibuk meredam pemberontakan-pemberontakan. Demak dan Ponorogo memberontak tetapi segera dapat diatasi. Mas Jolang menduduki Mojokerto, Gresik, dan membakar desa sekitar Surabaya. Mas Jolang wafat pada tahun 1613 dan diganti oleh Adipati Martapura. Adipati Martapura selalu sakit-sakitan dan tidak mampu menjalankan pemerintahan. Beliau diganti oleh saudaranya Raden Rangsang yang ternyata adalah seseorang yang tegas dan kuat. Di bawah pemerintahannya (1613-1645) sosok yang dikenal dengan sebutan Sultan Agung ini, Mataram mengalami kejayaan. Pada masa Sultan Agung, Mataram meneruskan ekspansi sampai ke Banten tetapi mendapatkan hambatan di Batavia yang dikuasai oleh Belanda. Pada tahun 1628, Sultan Agung melancarkan serangan terhadap Batavia. Pengganti Sultan Agung, yaitu Amangkurat I hingga Pakubuwono II, tidak begitu kuat dan banyak merugikan rakyat dengan perjanjian antara Mataram dan Belanda. Mataram semakin terdesak dengan perjanjian yang terus dilakukan dengan Belanda. Banyak ketidakpuasan muncul di dalam keluarga raja dan banyak terjadi suksesi di antara mereka. Akhirnya, melalui perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755 Mataram pecah menjadi dua kerajaan yaitu Kasultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta. Selanjutnya, dua kerajaan tersebut kembali terpecah. Kasunanan Surakarta terpecah menjadi Kadipaten Mangkunegaran sedangkan Kasultanan Yogyakarta terpecah menjadi Kadipaten Pakualaman.
7. Ternate Tidore: Emas dari timur Nusantara
Dua pulau kecil bersebelahan, Ternate dan Tidore, sama-sama bersaing menjadi kekuatan utama di Maluku. Bangsa lain tertarik ke Ternate dan Tidore karena merupakan daerah penghasil rempah yang baik. Bangsa Portugis, Spanyol, Inggris dan Belanda bersaing memperebutkan rempah- rempah di Maluku dan memperdagangkannya. Orang Portugis bersekutu dengan Ternate sedangkan Tidore bersekutu dengan Spanyol. Hubungan Portugis dan penduduk Ternate sangat buruk. Mereka menggulingkan penguasa Ternate pada 1535 M dan membunuh penerus Sultan pada 1570 M. Raja Ternate yang dibunuh digantikan puteranya Sultan Baabullah (1570-1583 M). Sultan Baabullah memerintah dengan motivasi agama. Beliau me- rupakan penganut Islam yang taat dan mengusir Portugis dari kerajaannya pada 1575 M. Orang-orang Eropa kemudian pindah ke Tidore. Baabullah dan puteranya Sultan Said Ad-Din Berkat Syah (bertakhta 1584-1606 M) menyebarkan Islam di pulau-pulau sekitarnya. Pada tahun 1599 orang Portugis kembali ke Maluku dengan armada besar. Pembalasan dendam Portugis kepada orang Maluku membuat mereka benci terhadap orang Portugis. Setelah Belanda datang pada 1605 M, mereka disambut baik dan bekerja sama dengan Ternate, Tidore dan Halmahera serta Ambon. Pada 1607 Belanda telah membuat perjanjian dengan Ternate yang secara formal memegang kekuasaan di Seram Barat. Belanda yang diberi kesempatan untuk monopoli memberikan sikap yang berkebalikan dengan apa yang diperbuat. Mereka melakukan pembantaian di Banda dan membunuh penduduk yang menyalahi aturan Belanda. Belanda menancapkan kekuasaannya melalui kerjasama-kerjasama yang merugikan penduduk lokal. Mereka memerintahkan untuk memusnahkan dan tidak menanam rempah-rempah di Maluku kecuali di Maluku Selatan.
8. Banjarmasin: Perisai Penjajahan di Kalimantan
Pada tahun 1636 M Kerajaan Banjarmasin telah berpengaruh di Landak, Sambas, Sukadana, Kutawaringin Mendawai, Pulau Laut, dan seluruh pantai timur termasuk Kutai Pasir dan Berau serta daerah lainnya di Kalimantan. Perdagangan lada menjadi ramai di Banjarmasin dan menarik Inggris untuk berpindah dari Banten ke Banjarmasin. Pada tahun 1663 M timbul perebutan takhta dan Pangeran Dipati Anom dengan dukungan keluarga Biaju berhasil menggeser Penembahan Ratu. Perubahan yang ada di istana diselesaikan dengan suatu kompromi, Panembahan Ratu berkedudukan di Martapura sedangkan raja yang baru berkedudukan di Surinata, Banjarmasin. Pada tahun 1670 pecah perang perebutan tahta. Raja Surianata dituntut untuk turun takhta oleh Suriadilaga (seorang pemuka yang mendapat dukungan besar Melayu). Pada akhirnya Raja Surianata tersisihkan. Pada awal abad ke-18 M kedudukan Banjarmasin tetap kuat tidak terpengaruh oleh pengaruh asing. Pelabuhan Banjarmasin bebas untuk perdagangan asing seperti Inggris, Tiongkok, Perancis dan Portugis.
Proses Penyebaran Islam di Indonesia
Berbagai media dakwah untuk penyebaran Islam adalah sebagai berikut:
1. Perdagangan
Kondisi geografis sebagai jalur pelayaran dan perdagangan membuat wilayah kepuluan Indonesia menjadi daerah pertemuan para pedagang yang tidak hanya orang - orang lokal, tetapi juga bangsa lain seperti Arab, Persia, Cina, dan India. Para pedagang muslim yang menetap di sekitar pelabuhan untuk membentuk perkampungan muslim. Perdagangan merupakan jalan dakwah pertama yang menjadi awal mula masuknya Islam ke Indonesia.
2. Pernikahan
Selain perdagangan, penyebaran Islam dilakukan melalui pernikahan. Para pedagang muslim yang menetap disekitar pelabuhan banyak yang melakukan pernikahan dengan penduduk setempat. Dalam babad dan hikayat, ditemukan cerita mengenai pernikahan antara seorang pedagang atau golongan Islam lainnya dengan anak bangsawan pribumi. Metode pernikahan dilakukan dengan cara seorang yang telah memeluk agama Islam melakukan pendekatan kepada raja atau bangsawan atau keluarganya untuk dinikahi secara Islam.
3. Pendidikan
Penyebaran Islam di Nusantara dilakukan juga melalui pendidikan. Para ulama dan guru - guru Islam mendirikan lembaga- lembaga pendidikan Islam. Lembaga pendidikan Islam yang terkenal pada waktu itu adalah Surau, Dayah, dan Pesantren. Ditempat inilah para ulama mendidik para santri ( seorang murid) tentang agama Islam. Bila telah selesai, para santri pulang ke kampung halamannya untuk berdakwah menyebarkan agama Islam kepada masyarakat sekelilingnya.
4. Seni Budaya / Kesenian
Penyebaran Islam juga dilakukan melalui pertunjukan seni. Seni budaya yang cukup sering digunakan oleh ulama dan wali dalam medakwahkan Islam adalah dengan pagelaran wayang kulit , upacara sekaten, seni pahat, seni ukir, seni tari, seni musik dan seni sastra. Disebutkan dalam cerita tutur bahwa Sunan Kalijaga adalah seorang Dalang yang sangat mahir dan sangat disukai rakyat. Beliau secara perlahan- lahan memasukan unsur - unsur agama Islam dalam cerita dan pertunjukan wayang sehingga akhirnya dapat menarik rakyat masuk agama Islam.
5. Dakwah
Strategi penyebaran Islam di Nusantara dengan metode dakwah cukup sering dilakukan oleh seorang wali dan ulama. Mereka menyebarkan Islam dengan berdakwah ke kampung-kampung dan desa-desa untuk menyebarkan Islam.
6. Tasawuf
Metode tasawuf juga menjadi strategi dakwah yang efektif karena sesuai dengan kultur dari peradaban Hindu-Buddha di peradaban sebelumnya. Tasawuf yang menggunakan mistifikasi mudah dipahami oleh masyarakat Nusantara yang berorientasi kepada kebudayaan Hindu-Buddha.
Pengaruh Islam Terhadap Masyarakat di Indonesia
1. Bidang Politik
Sebelum Islam masuk Indonesia, sudah berkembang kerajaan - kerajaan Hindu - Buddha. Kerajaan - kerajaan tersebut kemudian mengalami kemunduran dan digantikan perannya oleh kerajaan - kerajaan Islam. Pada masa islam konsep kerajaan berubah menjadi kesultanan. Dalam sistem kesultanan nilai - nilai Islam menjadi dasar dalam pengendalian kekuasaan.
2. Bidang Sosial
Pada masa Hindu -Buddha terjadi pembedaan yang tegas antar kelompok masyarakat, pembedaan ini disebut dengan sistem kasta. Sistem ini membedakan masyarakat menjadi golongan Brahmana, Kstria, Waisya dan Sudra. Setelah Islam masuk, sistem kasta menjadi pudar karena ajaran Islam tidak menerapkan sistem kasta. Meskipun demikian, pada masa Islam masih terdapat penggolongan kelompok masyarakat. Di Jawa misalnya, seorang ulama diberi gelar Kyai, sebuah gelar yang menunjukan ketinggian derajat pada struktur sosial masyarakat. Begitu pula dengan para penyebar agama Islam yang di beri gelar Sunan, gelar ini menunjukan status sosial yang tinggi.
3. Bidang Agama
Pada masa Islam, sebagian besar masyarakat di Indonesia menganut agama Islam. Meskipun demikian, masih terdapat masyarakat yang menganut agama Hindu -Buddha. Hingga saat ini, sebagian besar masyarakat di Indonesia menganut agama Islam.
4. Bidang Kebudayaan
Terjadinya akulturasi antara kebudayaan Islam dengan kebudayaan yang sudah ada. Hasil akulturasi antara lain :
1. Seni Bangunan
a. Atap Tumpang
Atap tumpang merupakan atap yang bersusun semakin keatas semakin kecil, tingkat yang paling atas berbentuk limas. Atap tumpang serupa dengan asritektur Hindu. Atap tumpang sampai saat ini masih banyak kita temukan di Bali. Namanya Meru, dan khusus digunakan sebagai atap bangunan - bangunan suci di dalam pura. Contoh masjid yang menggunakan atap tumpang adalah masjid Demak dan masjid Banten.
b. Menara
Menara merupakan bagian bangunan masjid yang berfungsi untuk mengumandangkan adzan ketika waktu shalat telah tiba. Pada masjid kudus bentuk menara mirip sekali dengan bentuk bangunan candi Jawa Timur yang telah diubah dan disesuaikan penggunaannya dan diberi atap tumpang.
c. Makam
Pembangunan makam bagi sebagian umat Islam di Indonesia dianggap sebagai bentuk penghormatan kepada orang yang telah meninggal. Makam - makam yang terletak di tempat -tempat tinggi atau di atas bukit masih menunjukan kesinambungan tradisi yang mengandung unsur kepercayaan kepada roh nenek moyang dan merupakan bentuk perwujudan pendirian punden berundak megalitik.
2. Seni Ukir
Seni ukir yang berkembang pada masa Islam merupakan modifikasi dari masa sebelumnya. seni ukir terus berkembang dengan menggunakan ragam hias yang terdiri dari pola - pola daun -daunan, bunga - bungaan(teratai), bukit -bukit karang, pemandangan, dan garis - garis geometri. Ragam hias ini kemudian ditambah dengan ragam hias huruf arab (kaligrafi).
Peninggalan Kebudayaan Islam di Indonesia
1. Masjid
Masjid merupakan tempat ibadah orang -orang Islam. Masjid yang merupakan meninggalan masa Islam di Indonesia contohnya masjid Demak, Masjid Ampel Surabaya, dan masjid Banten.
2. Keraton
Keraton adalah tempat kediaman raja atau istana raja. Keraton yang termasuk peninggalan masa Islam antara lain yaitu Keraton Surakarta, Keraton Yogyakarta, Keraton Kanoman di Cirebon, dan istana Maimun di Sumatra Utara.
3. Makam
Makam kuno peninggalan masa Islam umumnya terdiri dari Jirat (kijing), nisan, dan cungkup. Jirat adalah bangunan yang terbuat dari batu atau tembok yang berbentuk persegi panjang. Nisan adalah tonggak pendek yang terbuat dari batu yang ditanam diatas gundukan tanah sebagai tanda kuburan. Cungkup adalah bangunan mirip rumah yang berada diatas jirat.
4. Kaligrafi
Kaligrafi adalah menulis indah dan disusun dalam aneka bentuk menarik dengan menggunakan huruf arab. Beraneka ragam hias kaligrafi dapat kita temukan pada dinding masjid atau batu nisan.
5. Karya Sastra
Berdasarkan corak dan isisnya karya sastra peninggalan masa Islam di Indonesia adalah :
a. Babad adalah : karya sastra berupa cerita berlatar belakang sejarah. Karya ini biasanya berupa cerita semata daripada uraian sejarah yang disertai bukti - bukti dan fakta. Contoh Babad Cirebon, Babad Tanah Jawi, dan Babad Giyanti.
b. Hikayat adalah : karya sastra berupa cerita atau dongeng yang dibuat sebagai pelipur lara atau pembangkit semangat.
c. Suluk adalah : kitab - kitab yang berisi masalah gaib, ramalan tentang hari baik atau buruk, dan makna atau simbol tertentu yang dihadapi manusia. Suluk tersebut merupakan bagian dari ajaran tasawuf. Suluk merupakan karya sastra tertua peninggalan kesultanan Islam di Indonesia.
d. Syair adalah: puisi lama yang setiap baitnya terdiri atas empat baris yang berakhir dengan bunyi yang sama.
6. Seni Tari
Salah satu tarian yang merupakan peninggalan dari masa Islam adalah tari seudati atau tari saman dari Aceh. Tarian ini dilakukan dengan iringan nyanyian yang sebenarnya adalah selawat atau pujian kepada nabi.
7. Debus
Debus merupakan kesenian bela diri dari Banten. Dalam kesenian ini pemain menusukan benda tajam ke tubuhnya tanpa meninggalkan luka.
8. Sekaten dan Grebeg
Sekaten merupakan upacara peringatan kelahiran Nabi Muhammad saw, yang diadakan setiap bulan Rabiul Awal tahun Hijriyah di alun - alun Surakarta dan Yogyakarta. Upacara ini dahulu digunakan oleh Sultan Hamengkubuwana 1, pendiri keraton Yogyakarta untuk mengundang masyarakat mengikuti dan memeluk agama Islam. Perayaan sekaten dan grebeg masih dilaksanakan hingga saat ini.
Tugas Individu :
Peradaban Islam mulai masuk ke Nusantara secara cepat dan menggantikan peradaban Hindu-Buddha. Ada beberapa metode yang digunakan dalam penyebaran Islam di Nusantara yaitu perdagangan, pernikahan, pendidikan, seni budaya, dakwah, dan tasawuf. Di antara metode penyebaran Islam di Nusantara, manakah yang paling memengaruhi penyebaran Islam? Jelaskan alasannya!